Rabu, 16 Desember 2015

Pentingnya Manajemen Kontrol Keamanan pada Sistem

Pentingnya Manajemen Kontrol Keamanan pada Sistem
Informasi adalah salah suatu asset penting dan sangat berharga bagi kelangsungan hidup  bisnis dan disajikan dalam berbagai format berupa : catatan, lisan, elektronik, pos, dan audio visual. Oleh karena itu, manajemen informasi penting bagi  meningkatkan kesuksusesan yang kompetitif dalam  semua sektor ekonomi.
Tujuan manajemen informasi adalah untuk melindungi kerahasiaan, integritas dan ketersediaan informasi. Dengan tumbuhnya berbagai  penipuan, spionase, virus, dan hackers sudah mengancam informasi bisnis  manajemen oleh karena meningkatnya keterbukaan informasi dan lebih sedikit kendali/control yang dilakukan melalui teknologi informasi modern. Sebagai konsekuensinya , meningkatkan harapan dari para manajer bisnis, mitra usaha, auditor,dan stakeholders lainnya menuntut adanya manajemen informasi yang efektif untuk memastikan informasi yang menjamin kesinambungan bisnis dan meminimise kerusakan bisnis dengan pencegahan dan memimise dampak peristiwa keamanan.
Mengapa harus mengamankan informasi?
Keamanan Informasi adalah suatu upaya untuk mengamankan aset informasi yang dimiliki. Kebanyakan orang mungkin akan bertanya, mengapa “keamanan informasi” dan bukan “keamanan teknologi informasi” atau IT Security. Kedua istilah ini sebenarnya sangat terkait, namun mengacu pada dua hal yang sama sekali berbeda. “Keamanan Teknologi Informasi” atau IT Security mengacu pada usaha-usaha mengamankan infrastruktur teknologi informasi dari  gangguan-gangguan berupa akses terlarang serta utilisasi jaringan yang tidak diizinkan
Berbeda dengan “keamanan informasi” yang fokusnya justru pada data dan informasi milik perusahaan  Pada konsep ini, usaha-usaha yang dilakukan adalah merencanakan, mengembangkan serta mengawasi semua kegiatan yang terkait dengan bagaimana data dan informasi bisnis dapat digunakan serta diutilisasi sesuai dengan fungsinya serta tidak disalahgunakan atau bahkan dibocorkan ke pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
Keamanan informasi terdiri dari perlindungan terhadap aspek-aspek berikut:
  1. Confidentiality (kerahasiaan) aspek yang menjamin kerahasiaan data atau informasi, memastikan bahwa informasi hanya dapat diakses oleh orang yang berwenang dan menjamin kerahasiaan data yang dikirim, diterima dan disimpan.
  2. Integrity (integritas) aspek yang menjamin bahwa data tidak dirubah tanpa ada ijin fihak yang berwenang (authorized), menjaga keakuratan dan keutuhan informasi serta metode prosesnya untuk menjamin aspek integrity ini.
  3. Availability (ketersediaan) aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia saat dibutuhkan, memastikan user yang berhak dapat menggunakan informasi dan perangkat terkait (aset yang berhubungan bilamana diperlukan).
Keamanan informasi diperoleh dengan mengimplementasi seperangkat alat kontrol yang layak, yang dapat berupa kebijakan-kebijakan, praktek-praktek, prosedur-prosedur, struktur-struktur organisasi dan piranti lunak.
Informasi yang merupakan aset harus dilindungi keamanannya. Keamanan, secara umum diartikan sebagai “quality or state of being secure-to be free from danger” [1]. Untuk menjadi aman adalah dengan cara dilindungi dari musuh dan bahaya. Keamanan bisa dicapai dengan beberapa strategi yang biasa dilakukan secara simultan atau digunakan dalam kombinasi satu dengan yang lainnya. Strategi keamanan informasi memiliki fokus dan dibangun pada masing-masing ke-khusus-annya. Contoh dari tinjauan keamanan informasi adalah:
  • Physical Security yang memfokuskan strategi untuk mengamankan pekerja atau anggota organisasi, aset fisik, dan tempat kerja dari berbagai ancaman meliputi bahaya kebakaran, akses tanpa otorisasi, dan bencana alam.
  • Personal Security yang overlap dengan ‘phisycal security’ dalam melindungi orang-orang dalam organisasi.
  • Operation Security yang memfokuskan strategi untuk mengamankan kemampuan organisasi atau perusahaan untuk bekerja tanpa gangguan.
  • Communications Security yang bertujuan mengamankan media komunikasi, teknologi komunikasi dan isinya, serta kemampuan untuk memanfaatkan alat ini untuk mencapai tujuan organisasi.
  • Network Security yang memfokuskan pada pengamanan peralatan jaringan data organisasi, jaringannya dan isinya, serta kemampuan untuk menggunakan jaringan tersebut dalam memenuhi fungsi komunikasi data organisasi.
Bagaimana mengamankannya?
Manajemen keamanan informasi memiliki tanggung jawab untuk program khusus, maka ada karakteristik khusus yang harus dimilikinya, yang dalam manajemen keamanan informasi dikenal sebagai 6P yaitu:
Planning
Planning dalam manajemen keamanan informasi meliputi proses perancangan, pembuatan, dan implementasi strategi untuk mencapai tujuan. Ada tiga tahapannya yaitu:
1)      strategic planning yang dilakukan oleh tingkatan tertinggi dalam organisasi untuk periode yang lama, biasanya lima tahunan atau lebih,
2)      tactical planning memfokuskan diri pada pembuatan perencanaan dan mengintegrasi sumberdaya organisasi pada tingkat yang lebih rendah dalam periode yang lebih singkat, misalnya satu atau dua tahunan,
3)      operational planning memfokuskan diri pada kinerja harian organisasi. Sebagi tambahannya, planning dalam manajemen keamanan informasi adalah aktifitas yang dibutuhkan untuk mendukung perancangan, pembuatan, dan implementasi strategi keamanan informasi supaya diterapkan dalam lingkungan teknologi informasi. Ada beberapa tipe planning dalam manajemen keamanan informasi, meliputi :
v  Incident Response Planning (IRP)
IRP terdiri dari satu set proses dan prosedur detil yang mengantisipasi, mendeteksi, dan mengurangi akibat dari insiden yang tidak diinginkan yang membahayakan sumberdaya informasi dan aset organisasi, ketika insiden ini terdeteksi benar-benar terjadi dan mempengaruhi atau merusak aset informasi. Insiden merupakan ancaman yang telah terjadi dan menyerang aset informasi, dan mengancam confidentialityintegrity atau availbilitysumberdaya informasi. Insident Response Planning meliputi incident detectionincident response, dan incident recovery.
v  Disaster Recovery Planning (DRP)
Disaster Recovery Planning merupakan persiapan jika terjadi bencana, dan melakukan pemulihan dari bencana. Pada beberapa kasus, insiden yang dideteksi dalam IRP dapat dikategorikan sebagai bencana jika skalanya sangat besar dan IRP tidak dapat lagi menanganinya secara efektif dan efisien untuk melakukan pemulihan dari insiden itu. Insiden dapat kemudian dikategorikan sebagai bencana jika organisasi tidak mampu mengendalikan akibat dari insiden yang terjadi, dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangat besar sehingga memerlukan waktu yang lama untuk melakukan pemulihan.
v  Business Continuity Planning (BCP)
Business Continuity Planning menjamin bahwa fungsi kritis organisasi tetap bisa berjalan jika terjadi bencana. Identifikasi fungsi kritis organisasi dan sumberdaya pendukungnya merupakan tugas utama business continuity planning. Jika terjadi bencana, BCP bertugas menjamin kelangsungan fungsi kritis di tempat alternatif. Faktor penting yang diperhitungkan dalam BCP adalah biaya.
Policy
Dalam keamanan informasi, ada tiga kategori umum dari kebijakan yaitu:
  • Enterprise Information Security Policy (EISP) menentukan kebijakan departemen keamanan informasi dan menciptakan kondisi keamanan informasi di setiap bagian organisasi.
  • Issue Spesific Security Policy (ISSP) adalah sebuah peraturan yang menjelaskan perilaku yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dari segi keamanan informasi pada setiap teknologi yang digunakan, misalnya e-mail atau penggunaan internet.
  • System Spesific Policy (SSP) pengendali konfigurasi penggunaan perangkat atau teknologi secara teknis atau manajerial.
Programs
Adalah operasi-operasi dalam keamanan informasi yang secara khusus diatur dalam beberapa bagian. Salah satu contohnya adalah program security education training and awareness. Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pekerja mengenai keamanan informasi dan meningkatkan pemahaman keamanan informasi pekerja sehingga dicapai peningkatan keamanan informasi organisasi.
Protection
Fungsi proteksi dilaksanakan melalui serangkaian aktifitas manajemen resiko, meliputi perkiraan resiko (risk assessment) dan pengendali, termasuk mekanisme proteksi, teknologi proteksi dan perangkat proteksi baik perangkat keras maupun perangkat keras. Setiap mekanisme merupakan aplikasi dari aspek-aspek dalam rencana keamanan informasi.
People
Manusia adalah penghubung utama dalam program keamanan informasi. Penting sekali mengenali aturan krusial yang dilakukan oleh pekerja dalam program keamanan informasi. Aspek ini meliputi personil keamanan dan keamanan personil dalam organisasi.
Sandar apa yang digunakan?
ISO/IEC 27001 adalah standar information security yang diterbitkan pada October 2005 oleh International Organization for Standarization dan International Electrotechnical Commission. Standar ini menggantikan BS-77992:2002.
ISO/IEC 27001: 2005 mencakup semua jenis organisasi (seperti perusahaan swasta, lembaga pemerintahan, dan lembaga nirlaba). ISO/IEC 27001: 2005 menjelaskan syarat-syarat untuk membuat, menerapkan, melaksanakan, memonitor, menganalisa dan memelihara seta mendokumentasikan Information Security Management System dalam konteks resiko bisnis organisasi keseluruhan
ISO/IEC 27001  mendefenisikan keperluan-keperluan untuk sistem manajemen keamanan informasi (ISMS). ISMS yang baik akan membantu memberikan perlindungan terhadap gangguan pada aktivitas-aktivitas bisnis dan melindungi proses bisnis yang penting agar terhindar dari resiko kerugian/bencana dan kegagalan serius pada pengamanan sistem informasi, implementasi ISMS ini akan memberikan jaminan pemulihan operasi bisnis akibat kerugian yang ditimbulkan dalam masa waktu yang tidak lama.

Tugas Cara Membuat WBS dan Contoh Gambar

     Work Breakdown Structure (WBS) adalah suatu kegiatan pembagian / pemecahan suatu pekerjaan menjadi lebih kecil (sub-kegiatan) dengan tujuan membuat pekerjaan itu menjadi lebih terperinci mengenai tugas-tugas yang harus diselesaikan dan estimasi dari pekerjaan tersebut. Work Breakdown Structure (WBS) diperlukan untuk melihat sedetail mungkin pekerjaan yang akan kita kerjakan, estimasi waktu, biaya, resource, dan lebih mudah pengelolaan dan manajemen pekerjaan tersebut.
     Pengembangan WBS di awal Project Life Cycle memungkinkan diperolehnya pengertian cakupan proyek dengan jelas, dan proses pengembangan WBS ini membantu semua anggota untuk lebih mengerti tentang proyek selama tahap awal. 
     WBS membantu dalam pengawasan dan peramalan biaya, jadwal, dan informasi mengenai produktifitas yang meyakinkan anggota manajemen proyek sebagai dasar untuk membuat perundingan. WBS sangat membantu dalam menyusun / mempersingkan suatu pekerjaan , dengan memulainya dari penyusunan krangka setiap sub yang akan dijelaskan antara lain :

Penggambaran program sebagai ringkasan dari bagian-bagian yang kecil
Pembuatan perencanaan
Pembuatan network dan perencanaan pengawasan
Pembagian tanggung jawab
Penggunaan WBS ini memungkinkan bagian-bagian proyek terdefinisi dengan jelas

ini contoh gambar WBS dari penulisan ilmiah yang saya buat yaitu aplikasi pengenalan alat musik tradisional jawa barat


Rabu, 02 Desember 2015

MAKALAH
KONSEP SISTEM INFORMASI LANJUT

“ENTERPRISE RESOURCE PLANNING”





DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
Adi Ridho (10112187)
Dino Santri (12112205)
Iqbal Andar Reza (13112763)
Rifan Lukman Hakim (18111371)



KELAS 4KA10
FAKULTAS ILMU KOMPUTER & TEKNOLOGI INFORMASI
Mata Kuliah: Konsep Sistem Informasi Lanjut
Dosen: Bpk. Ronggo Permono SKom.,MT.

ERP (Enterprise Resource Planning)

ERP (Enterprise Resource Planning) System adalah sistem informasi yang diperuntukkan bagi perusahan manufaktur maupun jasa yang berperan mengintegrasikan dan mengotomasikan proses bisnis yang berhubungan dengan aspek operasi, produksi maupun distribusi di perusahaan bersangkutan.
ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice dan akunting perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia.
ERP sering disebut sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk e-Commerce, Costumer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.

Modul ERP
       Secara modular, software ERP biasanya terbagi atas modul utama yakni Operasi serta modul pendukung yakni Finansial dan Akunting serta Sumber Daya Manusia:

1. Modul Operasi
General Logistics, Sales and Distribution, Materials Management, Logistics Execution, Quality Management, Plant Maintenance, Customer Service, Production Planning and Control, Project System, Environment Management.

2. Modul Financial & Akuntansi
General Accounting, Financial Accounting, Controlling, Investment Management, Treasury, Enterprise Controlling.

3. Modul Sumber Daya Manusia
Personnel Management, Personnel Time Management, Payroll, Training and Event Management, Organizational Management, Travel Management.

Manfaat Menggunakan ERP
        Berikut ini adalah sebagian kecil manfaat dengan diaplikasikannya ERP bagi perusahaan:
1. Integrasi data keuangan
Untuk mengintegrasikan data keuangan sehingga top management bisa melihat dan mengontrol kinerja keuangan perusahaan dengan lebih baik.
2. Standarisasi Proses Operasi
Menstandarkan proses operasi melalui implementasi best practice sehingga terjadi peningkatan produktivitas, penurunan inefisiensi dan peningkatan kualitas produk
3. Standarisasi Data dan Informasi
Menstandarkan data dan informasi melalui keseragaman pelaporan, terutama untuk perusahaan besar yang biasanya terdiri dari banyak business unit dengan jumlah dan jenis bisnis yg berbeda-beda.

Arsitektur Pengembangan ERP
Tips memilih ERP
       Berikut adalah beberapa tips bagaimana cara memilih ERP yang sesuai bagi perusahaan:
1. Knowledge & Experience
Knowledge adalah pengetahuan tentang bagaimana cara sebuah proses seharusnya dilakukan, jika segala sesuatunya berjalan lancer. Experience adalah pemahaman terhadap kenyataan tentang bagaimana sebuah proses seharusnya dikerjakan dengan kemungkinan munculnya permasalahan. Knowledge tanpa experience menyebabkan orang membuat perencanaan yang terlihat sempurna tetapi kemudian terbukti tidak bisa diimplementasikan. Experience tanpa knowledge bisa menyebabkan terulangnya atau terakumulasinya kesalahan dan kekeliruan karena tidak dibekali dengan pemahaman yg cukup.

2. Selection Methodology
Ada struktur proses seleksi yang sebaiknya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam memilih ERP. Proses seleksi tidak harus selalu rumit agar efektif. Yang penting organized, focused dan simple. Proses seleksi ini biasanya berkisar antara 5-6 bulan sejak dimulai hingga penandatanganan order pembelian ERP.

3. Analisa Business Strategy
Bagaimana level kompetisi di pasar dan apa harapan dari customers?
Adakah keuntungan kompetitif yang ingin dicapai?
Apa strategi bisnis perusahaan dan objectives yang ingin dicapai?
Bagaimana proses bisnis yang sekarang berjalan vs proses bisnis yang diinginkan?
Adakah proses bisnis yang harus diperbaiki?
Apa dan bagaimana prioritas bisnis yang ada dan adakah rencana kerja yang disusun untuk mencapai objektif dan prioritas tersebut?
Target bisnis seperti apa yang harus dicapai dan kapan?

4. Analisa People
Bagaimana komitment top management thd usaha untuk implementasi ERP?
Siapa yg akan mengimplementasikan ERP dan siapa yg akan menggunakannya?
Bagaimana komitmen dari tim implementasi?
Apa yg diharapkan para calon user thd ERP?
Adakah ERP champion yg menghubungkan top management dgn tim?
Adakah konsultan dari luar yg disiapkan untuk membantu proses persiapan?

5. Analisa Infrastruktur
Bagaimanakah kelengkapan infrastruktur yang sudah ada (overall networks, permanent office systems, communication system dan auxiliary system)?
Seberapa besar budget untuk infrastruktur?
Apa infrastruktur yang harus disiapkan?

6. Analisa Software
Apakah software tsb cukup fleksibel dan mudah disesuaikan dengan kondisi     perusahaan?
Apakah ada dukungan service dari supplier, tidak hanya secara teknis tapi juga untuk kebutuhan pengembangan sistem di kemudian hari?
Seberapa banyak waktu untuk implementasi yg tersedia?
Apakah software memiliki fungsi yang bisa meningkatkan proses bisnis perusahaan?


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI ERP

        Berikut ini adalah pedoman yang digunakan pada saat implementasi ERP:
ERP adalah bagian dari infrastruktur perusahaan, dan sangat penting untuk kelangsungan hidup perusahaan. Semua orang dan bagian yang akan terpengaruh oleh adanya ERP harus terlibat dan memberikan dukungan terhadap jalannya ERP.
ERP ada untuk mendukung fungsi bisnis dan meningkatkan produktivitas, bukan sebaliknya. Tujuan implementasi ERP adalah untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
Pelajari kesuksesan dan kegagalan implementasi ERP, jangan berusaha membuat sendiri praktek implementasi ERP. Ada metodologi tertentu untuk implementasi ERP yang lebih terjamin keberhasilannya.

Penyebab Gagalnya ERP
1. Waktu dan biaya implementasi yang melebihi anggaran
2. Pre-implementation tidak dilakukan dengan baik
3. Strategi operasi tidak sejalan dengan business process design dan pengembangannya
4. Orang-orang tidak disiapkan untuk menerima dan beroperasi dengan sistem yang baru

Tanda-tanda kegagalan ERP
1. Kurangnya komitmen top management
2. Kurangnya pendefinisian kebutuhan perusahaan (analisa strategi bisnis)
3. Cacatnya proses seleksi software (tidak lengkap atau terburu-buru memutuskan)
4. Kurangnya sumber daya (manusia, infrastruktur dan modal)
5. Kurangnya ‘buy in’ sehingga muncul resistensi untuk berubah dari para karyawan
6. Kesalahan penghitungan waktu implementasi
7. Tidak cocoknya software dgn business process
8. Kurangnya training dan pembelajaran
9. Cacatnya project design & management
10. Kurangnya komunikasi
11. Saran penghematan yang menyesatkan

Software ERP
Berikut adalah software ERP yang saat ini beredar, baik yang berlisensi bayar maupun open source:
SAP
JDE
BAAN
MFGPro
Protean
Compiere
Adempiere

Penggunaan Agent Pada ERP

Bisnis rokok di Tanah Air diprediksi banyak orang tengah menuju sunset. Terutama karena adanya imbauan untuk mengurangi konsumsinya terkait dengan masalah kesehatan dan makin terbatasnya aktivitas berpromosi. Namun, bukan berarti pemainnya harus berhenti berinovasi. Dengan bantuan teknologi informasi, PT Bentoel Prima menunjukkan bahwa keterbatasan bukan halangan untuk terus maju.
Untuk menjalankan agenda inovasinya yang berbasis TI itu, perusahaan rokok yang baru saja dibeli BAT dari Peter Sondakh ini telah memiliki direktorat TI. Karena berperan sebagai integrated agent dalam hal TI dan business process, direktorat ini disebut Direktorat Information System dan Business Process (ISBP). “Kami mempunyai business process dan pengelolaan TI dalam satu wadah tersendiri, sebagai salah satu inisiatif dari digital business design, di mana Bentoel ingin menjadi perusahaan yang efektif dan efisien,”sejak dibentuk pada 2003, divisinya ditugasi untuk mendukung tujuan bisnis Bentoel. Salah satu proyek besar yang dikerjakan ISBP adalah pengembangan B1 (Be-One) Enterprise System. pengembangan Be-One ini mengacu pada standar Telecommunicatiom Industry Association 942 yang diimplementasikan di sentra data di Malang; IT service management berdasarkan framework IT Infrastructure Library; dan information security management system yang sudah mendapat standar ISO/IEC 27001.Sistem Be-One ini diimplementasikan pada 2004. Sistem ini berpusat pada aplikasi enterprise resource planning (ERP) dari SAP. Di dalam ERP yang sistemnya diimplementasi Soltius Indonesia ini ada beberapa modul utama. Antara lain, material management, sales and distribution, production planning, fund management, controlling dan financial accounting. Dengan sistem ini, semua data bisa seragam. “Jadi, angka yang diakui company hanya satu, yakni yang ada di ERP. Di luar itu, tidak dipercaya,secara sederhana Be-One merupakan sebuah sistem yang terintegrasi dari hulu sampai hilir, dari transaksi sampai pelaporan untuk manajemen. Dengan demikian, setiap data transaksi dimasukkan ke sistem Be-One sekali saja di tempat yang sedekat mungkin dengan terjadinya transaksi. Contohnya, data penjualan oleh tenaga penjualan dimasukkan ke dalam PDA di lapangan saat melakukan penjualan. Pada akhir hari, seluruh transaksi diunggah (upload) secara otomatis ke sistem di Area Sales & Marketing Office (ASMO), untuk selanjutnya akan terkirim secara otomatis juga ke sistem di Kantor Pusat, dan semua data yang terkena dampak transaksi penjualan itu pun akan ter-update.
pihaknya berhasil menghubungkan semua sistemnya ke sistem ERP yang berfungsi sebagai back-end system. Dengan begitu, semua sistem terkoneksi secara otomatis secara end to end. Sistem yang terhubung dengan Be-One Enterprise System cukup banyak, mulai dari Be-One Portal, Be-One ASMO & Mobile (sales administration & management system serta sales force automation & mobile management), Be-One Deal (pembayaran), Be-One Synergy (SAP-HRMS), Be-One Poli (Kitech Hospital System), Be-One Intelligence (business intelligence), Be-One Business Planning & Simulation, serta Be-One War Map & War Room. “Semua terintegrasi atau ter-interface dengan ERP sebagai satu kesatuan sistem,
Salah satu aplikasi penting yang sukses diimplementasi pada 2005 adalah sistem administrasi penjualan dan mobile management, yang diterapkan untuk 1.200 PDA di seluruh Indonesia. Dalam waktu dekat, jumlah PDA-nya akan ditambah menjadi 1.600
unit. PDA ini dipakai oleh para tenaga penjualan sampai manajer penjualan. Nanti dari situ juga akan diimplementasikan beberapa aplikasi seperti portal, business intelligence dan sistem war map. “Jadi, sistem inilah yang memberi kami kemampuan analitis,”
Selain sistem yang terhubung langsung tadi, ada tiga sistem yang tidak terkoneksi dengan back-end system (ERP), karena memang tak ada hubungannya, yakni IP Telephony, Document Management System, serta E-mail & Internet. Kendati begitu, ketiga sistem tersebut memakai jaringan yang sama. Saat ini, sistem jaringan di Bentoel terhubung dengan jaringan MPLS (multiprotocol label switching) di kantor pusat melalui tiga vendornya: Telkom, XL dan Icon +. Jaringan ini berfungsi menghubungkan 8 pabrik di seputar Malang dan 37 ASMO yang dimiliki Bentoel.
dengan adanya sistem yang terintegrasi, produktivitas bisnis Bentoel bisa meningkat. Juga, memberikan kecepatan proses data, dan kecepatan proses bisnis itu sendiri. Misalnya, data penjualan dari kira-kira 1.000 tenaga penjualan di seluruh Indonesia dapat dikumpulkan dan dilaporkan pada hari yang sama. Manajemen Bentoel pun dapat segera mengetahui situasi pasar dan hasil dari aksi-aksi yang dilakukan, untuk selanjutnya bisa melakukan langkah penyesuaian yang dibutuhkan. Selain itu? “Tidak ada lagi inkonsistensi atau dispute di antara unit-unit dalam perusahaan. Semua melihat data yang sama dan bergerak berdasarkan data yang sama. Dengan sendirinya pengambilan keputusan menjadi tajam dan cepat
pengembangan sistem Be-One memberi sejumlah benefit. Antara lain, dari segi penjualan dan pemasaran, yang paling utama adalah instant feedback, business intelligence dan operational excellence. Data penjualan bisa diterima pada hari yang sama, mulai dari sales supervisor hingga direksi bisa menerima dalam waktu bersamaan. Dengan demikian, mereka bisa mengetahui efektivitas sales performance-nya. Misalnya, ada satu kesulitan penetrasi di suatu daerah, maka dari supervisor sampai BOD tahu, dan bisa segera diambil tindakan. Begitu pula, informasi mengenai kompetitor yang ada di lapangan bisa langsung ter-update. “Dalam hal operational excellence effectiveness, kami perkirakan 1,5 jam waktu salesman bisa dipangkas, karena menghapus semua administrasi berkat penggunaan aplikasi mobile lewat PDA.

Pertanyaan Dan Jawaban :
1. Rudy Haryanto (Kelompok 3)
Jelaskan apa yang dimaksud dengan Environtment Management ?
Jawaban:
Manajement Lingkungan Hidup yaitu siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga tujuan bisnis perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan bisa padu dan bersinergi

2. Jonathan (Kelompok 2)
Apa perbedaan proses planning konvensional dengan ERP ?
Jawaban:
Erp adalah system yang sudah terintegrasi dalam proses bisnis di perusahaan agar l ebih responsif dalam menanggapi kebutuhan customer, sedangkan system planning  merupakan system lama, metode dari system konvensional adalah saling bertukar data bisnis atau transaksi secara elektronik melalui jaringan komputer. Sistem
ERP sendiri adalah perubahaan paradigma dari system konvensional.

3. Rizka Yuaningtyas (Kelompok 4)
Informasi apa yang dihasilkan dari software ERP ?
Jawaban:
Software ERP menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen, seperti data transaksi perusahaan yang secara tipikal data dapat diakses secara realtime dengan melihat database.

Pengertian Supply Chain Management
Supply chain management adalah sebuah system terkoordinasi yang terdiri atas organisasi, sumber daya manusia, aktivitas, informasi dan sumber-sumber daya lainnya yang terlibat secara bersama-sama dalam memindahkan suatu produk atau jasa baik dalam bentuk fisik maupun virtual dari suatu pemasok kepada pelanggan.
Pengertian E-Business
Electronic Business atau E-business dapat diterjemahkan sebagai kegiatan bisnis yang dilakukan dengan menggunakan sistem informasi komputer. Sekarang ini E-businesss merupakan bentuk kegiatan bisnis yang dilakukan dengan menggunakan teknologi Internet.

A.    Peranan E-Bisnis dalam Supply Chain
Peranan e-Business Supply Chain Management sangat besar, selain untuk mengatur rantai pasokan, juga untuk bersaing dengan competitor yang pada akhirnya akan meningkatkan penjualan dan pendapatan perusahaan tersebut.
Beberapa peranan e-bisnis dalam supply chain :
·      Mendukung pelaksaan transaksi jarak jauh sehingga dapat menambah pendapatan perusahaan karena transaksi tidak lagi terbatas pada tempat tertentu.
·      E-business dapat di akses dari mana saja dan kapan saja dengan menggunakan internet pada komputer ataupun mobile secara online sehingga memudahkan pelanggan tanpa perlu mendatangi suatu toko atau perusahaan untuk mengetahui harga ataupun jenis barang yang ingin dibeli. Bahkan transaksi pembayaran pun dapat dilakukan secara online.
·      E-business memungkinkan suatu perusahaan untuk berhubungan dengan sistem pemrosesan data internal dan eksternal mereka secara lebih efisien dan fleksibel.
·      E-business juga banyak dipakai untuk berhubungan dengan suplier dan mitra bisnis perusahaan, serta memenuhi permintaan dan melayani kepuasan pelanggan secara lebih baik.

B.     Dampak E-Bisnis pada kinerja Supply Chain
Dampak adanya e-business pada kinerja supply chain adalah meluasnya fasilitas dalam komunikasi dalam organisasi serta mengurangi waktu proses dan berkembangnya kerja sama. E-business menyediakan kesempatan bagi sebuah organisasi untuk meluaskan pasar mereka ke seluruh dunia sehingga dapat menaikan tingkat permintaan dalam penggunaan barang atau jasa.
Hal ini membutuhkan supply chain yang efektif salah satunya dengan menerapkan Enterprise Rosource Planning (ERP). Tren saat ini dalam proses bisnis adalah e-business yang diterapkan dalam proses Business-to-Consumen (B2C), Business-to-Businnes(B2B) dan Costumer-to-Costumer(C2C). Dalam meningkatkan proses komunikasi antara supplier dan costumer sangat diperlukan penggunaan internet, web, EDI.
Terdapat enam model bisnis dasar yang berhubungan dengan E-business di internet, yaitu:
·      Business-to-Business (B2B), berfokus pada hubungan antara dua perusahaan dan ditandai oleh produk internal dan jasa atau berbagai pengetahuan.
·      Business-to-Consumer (B2C), berfokus pada hubungan antara bisnis dan konsumen di pasar. Website termasuk kedalam kategori ini secara luas karena menjual barang dan jasa kepada konsumen.
·      Business-to-Employer (B2E), berfokus pada hubungan antara bisnis dan karyawannya. Model ini merupakan bentuk internal yang digunakan oleh bisnis untuk berkomunikasi dan memungkinkan transaksi terjadi dalam organisasi.
·      Business-to-Government (B2G), berfokus pada hubungan bisnis dan pemerintah.
·      Costumer-to-Costumer (C2C), berfokus pada hubungan antara konsumen dengan konsumen lainnya.
·      Hybrid (B2B dan B2C)

C.    Nilai E-Bisnis dalam Industri yang Berbeda-beda

            Beberapa perubahan yang terjadi dengan menggunakan E-business dalam suatu industri,
            diantaranya :
1.        Pemasaran yang lebih luas dengan tingkat kompetisi yang lebih tinggi.
2.        Pertumbuhan dan perkembangan industri dan perusahaan sangat bergantung pada informasi dan pengetahuan.
3.        Produktivitas lebih diutamakan dibandingkan kehadiran di tempat kerja.
4.        Produk terbaru dapat dijumpai dalam komunitas e-business, namun usia produk menjadi singkat.
5.        Struktur organisasi terdistribusi secara merata untuk mencapai fleksibilitas dan menekan biaya, kerja tim lebih ditekankan untuk dapat memberi respon atau memberuikan inovasi baru kepada perusahaan. Penerapan sistem e-business  ini memberikan sejumlah manfaat, baik bagi perusahaan atau pebisnis perseorangan, konsumen, maupun masyarakat pada umumnya.

            Manfaat yang dapat diperoleh oleh suatu perusahaan atau bisnis perorangan, yaitu:
1.        Menyelesaikan permasalahan kapling (lokasi), tenaga kerja, gudang, perijinan, dan keamanan.
2.        Memperpendek jarak antara perusahaan dengan konsumen.
3.        Peningkatan market exposure (pangsa pasar).
4.        Jangkauan mitra kerja menjadi semakin luas.
5.        Biaya terkendali.
6.        Efisien.
7.        Cash flow terjamin.
8.        Meningkatkan citra perusahaan.
9.        Meningkatkan pelayanan kepada konsumen.
10.    Meningkatkan produktivitas.
11.    Mempermudah akses informasi.
12.    Mengurangi biaya transportasi.
13.    Meningkatkan fleksibilitas.

Manfaat yang didapat oleh konsumen yang menggunakan sistem e-business:
·            Memperoleh informasi dan dapat berinteraksi secara efektif
·            Biaya terkendali
·            Keamanan secara fisik
·            Harga produk cukup murah
·            Memperoleh fleksibilitas dalam melakukan transaksi.

D.    Pengaturan E-Bisnis dalam Praktek
Prinsip-prinsip pengaturan (regulasi) e-bisnis yang kondusif. Seperti yang terjadi di Indonesia, e-bisnis akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pelaku bisnis yang mayoritas dipegang oleh industri swasta. Karena mekanisme peraturan akan sangat bergantung dan ditentukan oleh mayoritas pelaku bisnis, maka perusahaan-perusahaan yang sejauh ini bergantung pada perlindungan pemerintah harus mulai merubah strateginya. Dalam sebuah arena dimana peraturan akan ditentukan oleh pasar (self regulated market), maka peluang sukses terbesar hanya akan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan e-bisnis yang benar-benar memiliki keuggulan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan para pesaingnya.
dalam praktek e-bisnis ada Pengaturan yang biasa disebt 4 W yaitu :
a. What yaitu menjelaskan tentang aktifitas apa saja yang terdapat dalam e-business
Contoh :
- Interaksi perusahaan dengan pelanggannya
- kolaborasi antara perusahaan dengan mitra bisnisnya
- pertukaran informasi dengan para pesaing usanyanya

b. Who yaitu menjelaskan siapa saja yang terlibat dalam e-business
Contoh:
- sebuah aplikasi tipe B-to-C yang merupakan mekanisme hubungan perdagangan antara sebuah perusahaan dengan para pelanggannya.
- Sebuah aplikasi tipe G-to-G yang menghubungkan dua pemerintahan atau negara
- Sebuah aplikasi D-to-D yang menghubungkan dua peralatan canggih
- Sebuah aplikasi B-to-F yang menghubungkan sebuah perusahaan pernjual barang-barang kebutuhan rumah tangga dengan berbagai keluarga

c. Where yaitu menjelaskan dimana saja aktivitas bisnis dapat dilakukan
Contoh:
- Seseorang menggunakan telepon atau web-TV untuk berkomunikasi dengan perusahaan pernjual produk atau jasa
- Di kantor seorang karyawan bisa menggunakan komputer atau fax
- Dll

d. Why yaitu menjelaskan mengapa para praktisi bisnis diseluruh dunia sepakat mengimplementasikan e-bisnis
Contoh:
- Perusahan besar mudah bekerja sama dengan perusahaan menengah atau kecil untuk menawarkan produknya dengan konsep internetworking

E.     Contoh Kasusnya

ONLINE SHOP

peranan teknologi dalam scm

TUGAS KELOMPOK KONSEP SISTEM INFORMASI LANJUT
Supply Chain Management (SCM) – Teknologi Informasi dalam Suatu Supply Chain

 









Kelas 4KA10
Kelompok 3 KSIL
ü Johannes Angga Prima          (13112956)
ü Marisha Ayuardini                 (14112446)
ü Yudha Eka Prameswara                  (17112888)




UNIVERSITAS GUNADARMA
2015



KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah dan cinta kasih sayang-Nya kepada semua makhluknya, sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok dengan judul “Supply Chain Management (SCM) – Teknologi Informasi dalam Suatu Supply Chain”. tugas ini digunakan untuk melengkapi sebagian syarat dalam penilaian tugas kelompok mata kuliah Konsep Sistem Informasi Lanjut pada Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma.
Pada kesempatan yang baik ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini, terutama kepada:
1.      Bapak Ronggo Permono selaku Dosen Mata Kuliah Konsep Sistem Informasi Lanjut.
2.      Sahabat seperjuangan kami warga 4KA10 angkatan 2012 yang telah menjadi audience dengan baik.
Semoga ALLAH SWT melimpahkan berkah dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyelesaian tugas ini. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, dengan segala kerendahan hati penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun kepada penulis guna tercapainya makalah yang berisikan informasi yang lebih baik di masa depan nanti.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.

Depok, 29 Oktober 2015


        (Kelompok 3)




DAFTAR ISI
                                                                                                                                              Hal
Halaman Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .   3
1.      PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SCM . . . . . . . . . . . . . . . . . .   4
1.1 Peranan Teknologi Informasi dalam Manajemen Supply Chain. . . . . . . . . . .      4
1.2 Peranan Teknologi Informasi pada masing-masing proses bisnis dalam SCM. .  5
2.      PENTINGNYA INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN . . . . . . . . . . . . . . . .    8
3.      PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SCM . . . . . . . . . . . . . .  8
4.      TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SCM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .     9
Studi Kasus  . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  10
Pernyataan dan Jawaban. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14
Daftar Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15







1.      PERANAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SCM
Chopra & Meindl (2001) menyatakan bahwa dalam SCM terdapat empat penggerak (driver), yaitu persediaan, transportasi, fasilitas, dan informasi. Dari keempat penggerak tersebut, informasi merupakan penggerak utama. Informasi sangat mempengaruhi ketiga penggerak lainnya.
Peran teknologi informasi dalam SCM adalah mengurangi selisih biaya transaksi antar  supply chain patner dan biaya dalam mendapatkan aliran informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih mempunyai peran dalam mendukung kolaborasi dan koordinasi supply chain melalui pemanfaatan bersama informasi. Teknologi informasi juga dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Dalam hal inilah, dibutuhkan kekuatan analitis dari komputer untuk menyediakan bantuan untuk mengambil keputusan. Teknologi Informasi mempunyai peranan penting dalam mendukung kinerja perusahaan yaitu akan menciptakan strategi yang bermanfaat dengan memungkinkan perencanaan strategi secara terpusat dengan operasi terpusat.

1.1 Peranan Teknologi Informasi dalam Manajemen Supply Chain
Secara umum teknologi informasi di dalam manajemen supply chain dapat dilihat dari dua perspektif besar :
·Perspektif Teknis
·Perspektif Manajerial

A. Perspektif Teknis
Dilihat dari sisi teknis, ada dua teknologi informasi yang harus dipenuhi yaitu:

1) Fungsi penciptaan
·TI harus mampu menjadi medium atau sarana untuk mengubah fakta-fakta atau kejadian-kejadian sehari-hari yang dijumpai dalam bisnis perusahaan ke dalam format kuantitatif.
·Teknologi harus mampu mengubah data mentah yang telah dikumpulkan menjadi informasi yang relevan bagi setiap penggunanya.
·Hasil dari pengambilan keputusan akan memberikan berbagai dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja bisnis informasi.

2) Fungsi penyebaran
·Gathering: TI harus memiliki fasilitas yang mampu mengumpulkan entitas-entitas.
·Organising: TI harus memiliki mekanisme baku dalam mengorganisasikan penyimpanan entitas-entitas tsb di dalam media penyimpanan.
·Selecting: TI harus menyediakan fasilitas untuk memudahkan pencarian dan pemilihan
·Synthesizing: TI membutuhkan lebih dari satu entitas untuk memudahkannya melihat situasi bisnis perusahaan.
·Distributing: TI harus memiliki infrastruktur yang dapat menyalurkan berbagai entitas dari tempat penyimpanannya ke pihak-pihak yang membutuhkannya.
B. Perspektif Manajerial
Ada empat peranan yang diharapkan oleh perusahaan dari implementasi efektif sebuah teknologi informasi, yaitu :
1)      Minimize rize, mengurangi risiko berasal dari adanya ketidakpastian berbagai hal dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol perusahaan
2)      Reduce costs, ada empat cara untuk mengurangi biaya yang kerap dikeluarkan untuk kegiatan sehari-hari:
·         eliminasi proses
·         simplifikasi proses
·         integrasi proses
·         otomatisasi proses
3)      Add value, menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tidak sekedar  memuaskan pelanggan tetapi lebih untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Sehingga pelanggan bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka
4)      Create new realities, persaiangan cepat dalam teknologi internet yang telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan.

1.2 Peranan Teknologi Informasi pada masing-masing proses bisnis dalam SCM tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Peranan dalam Manajemen Hubungan Pelanggan
Dalam SCM, proses manajemen hubungan pelanggan (customer relationship management/ CRM) bertujuan untuk menyediakan struktur dalam mengembangkan dan memelihara hubungan dengan pelanggan. Sebagai contoh, aplikasi Sales Force Automation (SFA) dapat digunakan untuk mengotomatiskan hubungan antara para penjual dan pembeli melalui penyediaan informasi produk dan harga (Copra & Meindl, 2001). Sistem tersebut juga memungkinkan informasi pelanggan dan produk secara rinci dan real time.
2)      Peranan dalam Manajemen Pelayanan Pelanggan
Untuk dapat menjalankan manajemen pelayanan pelanggan (customer service management/CSM) secara baik, teknologi informasi yang digunakan harus handal. Teknologi informasi ini harus dapat menghimpun secara real time mengenai berbagai informasi yang diperlukan pelanggan, seperti ketersediaan produk, waktu pengiriman, dan status pesanan. Manajemen pelayanan pelanggan merupakan titik kunci hubungan untuk mengadministrasikan kesepakatan produk atau jasa. Pelayanan pelanggan menyediakan sumber tunggal untuk berbagai informasi yang dibutuhkan pelanggan. Dengan teknologi informasi, perusahaan dapat memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan tingkat kepastian yang tinggi.
3)      Peranan dalam Manajemen Permintaan
Manajemen permintaan (demand management) mencakup proses-proses yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pelanggan dengan kemampuan pasokan perusahaan. Sistem manajemen permintaan yang baik menggunakan data point-of-sale dari pelanggan utama untuk mengurangi ketidakpastian (uncertainty) dan menyediakan aliran yang efisien sepanjang rantai pasok. Dalam manajemen permintaan tersebut, penentuan kebijakan persediaan yang optimal memerlukan informasi yang mencakuppola permintaan biaya penanganan persediaan, biaya akibat kekurangan persediaan, dan biaya pemesanan. Dalam manajemen permintaan pada level perusahaan, teknologi informasi digunakan untuk melakukan sinkronisasi perencanaan permintaan (Croxton et al., 2002). Sinkronisasi dilakukan antara hasil peramalan, kemampuan manufaktur, kemampuan pasokan, dan kemampuan distribusi. Dalam SCM, manajemen permintaan menjadi permasalahan penting karena mencakup pengelolaan permintaan pada suatu rangkaian perusahaan dalam rantai pasok itu. Teknologi informasi dibutuhkan untuk menjamin keakuratan data dan mengurangidelay time aliran informasi. Kedua hal tersebut merupakan faktor-faktor penting untuk mengurangi fenomena bullwhip effect dalam rantai pasok.
4)      Peranan dalam Pemenuhan Pesanan
Pemenuhan pesanan yang efektif membutuhkan integrasi dari proses manufaktur, logistik dan rencana pemasaran. Kunci SCM yang efektif  adalah memenuhi kebutuhan pelanggan sesuai dengan waktu. Sebagai bagian dalam sistem ERP (Enterprise Resources Planning), modul Order Fulfillment digunakan untuk memantau siklus pemenuhan pesanan dan merupakan catatan kemajuan perusahaan dalam memuaskan permintaan. ERP merupakan suatu sistem teknologi informasi operasional yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dari semua fungsi dalam perusahaan. Sistem ERP ini memantau material, pesanan, jadwal, persediaan barang jadi, dan informasi lainnya yang ada di perusahaan (Chopra & Meindl, 2001). Penerapan ERP tersebut membutuhkan ketersediaan teknologi informasi. Penggunaan teknologi informasi ini akan dapat meningkatkan kepastian dalam pemenuhan pesanan.
5)      Peranan dalam Manajemen Aliran Manufaktur
Proses-proses manufaktur harus bersifat fleksibel dalam menanggapi perubahan pasar. Perubahan dalam proses aliran manufaktur diperlukan untuk memperpendek waktu siklus. Hal ini berarti akan meningkatkan responsivitas terhadap pelanggan. Dalam ERP terdapat modul manufacturing yang mencatat aliran produk sepanjang proses manufaktur dan mengkoordinasikan apa yang, dilakukan untuk suatu bagian pada suatu waktu. Aliran produk tersebut harus dipantau melalui penggunaan teknologi informasi. Pemantauan ini dilakukan untuk memberikan kepastian dalam kelancaran aliran manufaktur.
6)      Peranan dalam Manajemen Hubungan Pemasok
Manajemen hubungan pemasok merupakan proses yang menentukan bagaimana suatu perusahaan berinteraksi dengan para pemasoknya. Fungsi pembelian dikembangkan melalui mekanisme komunikasi yang cepat seperti electronic data interchange(EDI) dan jaringan internet. Interaksi dengan pemasok dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi yang dilakukan perusahaan manufaktur. Bagi pengecer, interaksi dengan pemasok sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan produk yang akan dijual. Untuk menjamin interaksi ini, diperlukan informasi yang memadai mengenai pemasok. Informasi ini mencakup mengenai product linelead time produk, serta sales terms and conditions. Selanjutnya, pemantauan kinerja pemasok perlu dilakukan, seperti yang dikembangkan pada modul Supplier Management dalam ERP. Dalam hal ini, teknologi informasi diperlukan untuk dapat menjamin kelancaran hubungan dengan pemasok.
7)      Peranan dalam Pengembangan dan Komersialisasi Produk
SCM mencakup integrasi pelanggan dan pemasok ke dalam proses pengembangan produk untuk memperpendek time to market. Dengan memandang SCM sebagai integrasi proses bisnis dari pemasok awal hingga pengguna akhir, setiap mata rantai harus terintegrasikan pula dalam proses pengembangan dan komersialisasi produk. Dalam situasi persaingan bisnis yang ketat dan tingkat perubahan teknologi yang cepat, penggunaan teknologi informasi tidak dapat ditawar lagi. Teknologi informasi ini digunakan oleh rantai pasok untuk mengumpulkan informasi dari mata rantai terkait dan mengalirkannya ke mata rantai terkait lainnya. Dengan demikian time to market produk yang dikembangkan dapat diperpendek.
8)      Peranan dalam Manajemen Pengembalian (Return Management)
Proses manajemen pengembalian mencakup pengaturan aliran reverse product secara efisien dan mengidentifikasi peluang-peluang untuk mengurangi pengembalian yang tidak dikehendaki. Dalam proses ini juga tercakup pengontrolan reusable assets, seperti kontainer. Manajemen pengembalian merupakan proses di dalam SCM dengan kegiatan-kegiatan seperti pengembalian (return),reverse logisticgatekeeping, dan avoidance (Rogers et. al, 2002). Lambert (1998) menyatakan bahwa dalam implementasi SCM, harus dilakukan mekanisme koordinasi yang baik di antara fungsi-fungsi yang bervariasi tersebut agar proses-proses di dalam SCM bisa dijalankan secara efektif dan efisien. Informasi sangat penting dalam proses pengambilan keputusan pada rantai pasok. Dengan ruang lingkup rantai pasok yang luas dan mencakup suatu rangkaian perusahaan, kebutuhan informasi menjadi semakin penting. Salah satu kendala yang dihadapi dalam penerapan menerapkan teknologi informasi untuk SCM adalah penyiapan infrastruktur. Simchi-Levi (2002) menyebutkan bahwa infrastruktur teknologi informasi mencakup empat komponen, yaitu:interface devices, komunikasi, database, dan arsitektur sistem. Infrastruktur ini harus disiapkan, baik untuk internal perusahaan maupun eksternal antar perusahaan dalam rantai pasok. Dalam pembuatan keputusan rantai pasok, informasi akan berguna jika mempunyai karakteristik: akurat, dapat diakses pada waktu yang diperlukan, dan dalam bentuk yang tepat. Informasi yang akurat sangat penting untuk sebagai dasar analisis untuk pengambilan keputusan. Masalah bentuk informasi tersebut terkait dengan standardisasi informasi. Informasi dapat dalam berbagai bentuk atau format yang berbeda sesuai dengan teknologi informasi yang digunakan perusahaan. Perbedaan bentuk atau format ini dapat menjadi kendala untuk mengintegrasikan informasi. Jika informasi ini tidak dapat terintegrasi maka penerapan SCM sangat sulit dilakukan.


2.      PENTINGNYA INFORMASI DALAM SUPPLY CHAIN
Informasi sangat penting untuk kinerja Supply Chain atau rantai pasok karena informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi manajer dalam membuat keputusan. Tanpa informasi, seorang manajer tidak bisa mengetahui permintaan dari pelanggan, berapa material yang tersedia dan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat. Maka dari itu, informasi yang mengalir antar bagian di dalam sebuah perusahaan juga antar perusahaan dalam sebuah rantai pasok akan memberikan manajer rantai pasok visibilitas atau pandangan tentang keseluruhan rantai pasok sehingga mereka dapat membuat keputusan yang lebih baik.
Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh SCM ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akurasinya sudah meningkat dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam SCM akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.

3.      PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM SCM
Ada banyak keterlibatan IT dalam SCM, diantara lain dalam bentuk:
A.    Enterprice Resource Planning (ERP): suatu metode mengatur seluruh proses bisnis yang ada dalam suatu perusahaan dengan suatu arsitektur perangkat lunak yang berjalan dalam waktu nyata, baik itu menyangkut otomasi back-end office system, front-end office system, maupun dalam hal peningkatan efisiensi, kualitas dan produktifitas serta keuntungan (Turban et. al, John Wiley & Sons, Inc. 2004).
B.     Inter Organizations Information System (IOIS): suatu sistem yang bekerja untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa dan menyebarluaskan informasi yang berada dalam dua atau lebih organisasi guna meningkatkan efisiensi proses transaksi bisnis seperti pemesanan, penagihan, pembayaran maupun lainnya (ibid).
C.     Electronic Data Interchange (EDI): segala hal yang berkaitan dengan standar perpindahan data yang berhubungan dengan transaksi bisnis antara komputer (Walton and Marucheck, 1997).
D.    Virtual Enterprice (VE): suatu jaringan dari beberapa perusahaan yang independen, sangat mungkin dahulunya sesama kompetitor, bersama-sama dan bekerjasama dalam mempercepat peningkatan keuntungan dan meraih kesempatan dengan menggunakan information and communication technology (ICT) (Gunasekaran, Ngai, EJOR 159, 2004).
E.     E-Commerceseluruh aktifitas yang berhubungan dengan proses pembelian, penjualan, pengiriman maupun pertukaran produk, servis maupun informasi melalui bantuan jaringan komputer, termasuk juga internet (Turban et. al, John Wiley & Sons, Inc. 2004).


4.      TEKNOLOGI INFORMASI
Teknologi informasi (TI) terdiri dari alat hardware & software, digunakan baik untuk mendapatkan kesadaran informasi dan menganalisis informasi untuk membuat keputusan yang terbaik untuk rantai pasokan.
 
TUJUAN IT
         Kumpulkan informasi pada setiap produk dari produksi untuk pengiriman atau pembelian titik dan memberikan visibilitas lengkap untuk semua pihak dalam rantai pasokan
         Akses data dalam sistem awal – akhir.
         Menganalisis , rencana kegiatan dan membuat trade off berdasarkan informasi dari seluruh rantai pasokan

        Isu utama dalam pengembangan IT terkait dengan SCM
 












STUDI KASUS

Penerapan IT pada SCM Carrefour Indonesia

Manajemen Rantai Pasok (MRP) memainkan peran penting dalam industri ritel di indonesia, seperti pada salah satu perusahaan ritel terbesar dunia yaitu Carrefour. Artikel ini bersifat kajian pustaka tentang penerapan manajemen rantai pasok di Indonesia, tepatnya pada Carrefour Indonesia. Dengan ditunjang dengan beberapa teori yang bersumber dari ahli di bidangnya.
Carrefour adalah perusahaan yang bergerak di bidang dagang yaitu hypermarket yang berasal dari Perancis. Carrefour dibentuk oleh keluarga Fournier and Defforey pada tahun 1957. Awalnya carrefour adalah supermarket kecil kemudian pada tahun 1963 terdapat konsep swalayan baru yaitu hypermarket. Hypermarket yang dibuka pertama kali oleh Carrefour yaitu berada di Sainte-Genevieve-des-Bois, suatu kawasan di kota Paris, dengan menempati lahan seluas 2500 m2 yang memuat 400 buah areal parkir dan 12 jalur kasa pembayaran. Untuk pembukaan di luar perancis Carrefour dibuka pertama kali di Spanyol pada Tahun 1973, kemudian mengikuti Brazil pada tahun 1975, Argentina pada tahun 1982, dan Italia pada tahun 1982. Untuk kawasan Asia pertama kali dilakukan di Taiwan pada tahun 1989, kemudian di Malaysia pada tahun 1994, Cina pada tahun 1995, Singapura pada tahun 1997, Indonesia pada tahun 1998, dan Jepang pada tahun 2000. Gebrakan yang dilakukan oleh Carrefour antara lain, penggabungan seluruh usaha Carrefour di seluruh dunia dengan perusahaan Promodes4. Setelah itu Carrefour mengeluarkan Kartu belanja ‘la carte Pas’ pada tahun 1981, peluncuran program asuransi Carrefour pada tahun 1984, dan peluncuran produk-produk dagang Carrefour pada tahun 1985. Website Carrefour itu sendiri baru di luncurkan pada tahun 2000.
Untuk pembukaan nya di Indonesia Carrefour pertama kali di buka di Jakarta pada bulan Oktober pada tahun 1998, yaitu di kawasan cempaka putih, Puri Indah, Jakarta Barat. saat ini Carefour sudah memiliki 17 hypermarket di Jakarta, yang antara lain berada di kawasan Cempaka Putih dan Puri Indah, Mega Mal Pluit, ITC Cempaka Mas Mega Grosir, Ratu Plaza, Duta Merlin, Lebak Bulus, MT Haryono, Pasar Pestival, ITC Kuningan, dan satu cabang di kota Bandung. Dari 17 hypermarket itu Carrefour memperkerjakan sekitar 7500 karyawan. Dalam menjalakan bisnis hypermarketnya Carrefour mempunyai 3 pilar utam yaitu , harga yang bersaing, pilihan yang lengkap, dan pelayanan yang memuaskan.
Carrefour sukses menarik konsumen Indonesia dengan tagline nya yaitu “Ada yang Lebih Murah, Kami Ganti Selisihnya”. Dari strategi itu Carrefour sukses dengan omset Rp. 1 millar per hari per outlet. Riset ACNielsen menunjukkan di Jakarta pada dua tahun lalu Carrefour memiliki Store Equity Index (SEI) tertinggi 2,4. Angka SEI menunjukkan tingkat preferensi konsumen terhadap toko yang bersangkutan. Index SEI berkisar 1-10. Angka 1 menunjukkan tingkat preferensi rendah. Survey ACNielsen tahun 2005 menunjukkan bahwa secara umun Carrefour dipersepsikan sebagai toko yang menyediakan aneka kebutuhan dengan harga paling murah diikuti oleh Alfamart dan Indomaret dan tahun 2006, Carrefour masih menjadi leader dalam format hypermarket. Carrefour menawarkan konsep “One-Stop Shopping” yang menawarkan tempat pilihan dengan produk yang beragam, harga murah, dan juga memberikan pelayanan terbaik sehingga melebihi harapan pelanggan.
Penerapan E-Business di Carrefour indonesia mulai serius dilakukan pada bulan Juli tahun 2007. Penerapan E-Business ini dilakukan untuk mengoptimalkan proses bisnis yang ada di Carrefour terutama dalam hal manajemen rantai pasokan dan manajemen relasi pelanggan. Rantai pasokan ini harus diatur untuk memudahkan kerja antara gerai dan pemasok. Sedangkan manajemen relasi pelanggan bertujuan untuk mengelola pelanggan Carrefour sehingga tetap setia berbelanja di Carrefour.








PERTANYAAN DAN JAWABAN

PERTANYAAN:
1)      Rizka Yuaningtyas Setyawan – Kelompok (1) : Sebutkan apa saja perspektif manajerial dan jelaskan!
2)      Pak Ronggo Permono – Dosen :
·         Apa saja kelebihan penggunaan TI dalam SCM ?
·         Apa saja kekurangan pengguanaan TI dalam SCM ?
·         Apa yang dimaksud IT The Information Enabler ?

JAWABAN:
1)      - Minimize rize, mengurangi risiko berasal dari adanya ketidakpastian berbagai hal       dan aspek-aspek eksternal lain yang berada di luar kontrol perusahaan.
-   Reduce costs, acara untuk mengurangi biaya yang kerap dikeluarkan untuk kegiatan sehari-hari
-   Add value, menciptakan value bagi pelanggan perusahaan. Tidak sekedar  memuaskan pelanggan tetapi lebih untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Sehingga pelanggan bersedia selalu menjadi konsumennya untuk jangka
-   Create new realities, persaiangan cepat dalam teknologi internet yang telah mampu menciptakan suatu arena bersaing baru bagi perusahaan.

2)      – Kelebihan penggunaan TI dalam SCM:
1)      Lebih mudah berinteraksi melalui media online
2)      Transaksi menjadi lebih cepat
3)      Penyimpanan data dalam waktu singkat dan real
4)      Kegiatan apapun bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja
5)      Penjualan barang dan jasa lebih mudah melalui media berbasis web dan internet (e-commerce).
-   Kekurangan penggunaan TI dalam SCM:
1)      Membutuhkan user yang memiliki ilmu tentang TI yang dipakai
2)      Teknologi yang mengatur manusia (contoh dalam penggunaan sistem yang otomatis, user tidak dapat mengatur sistem yang berjalan begitu saja)
3)      Menurunkan kinerja dari manusia karna sudah tergantikan oleh mesin berbasis TI
-   Yang dimaksud dengan IT The Information Enabler yaitu semua aktivitas SCM dilakukan dengan komputerisasi dan memerlukan internet biasanya ada seorang admin di dalam suatu e-commerce yang berjalan yang berfungsi sebagai pengatur segala aktivitas dalam e-commerce. Contohnya dalam bidang penjualan jasa seperti adanya aplikasi Gojek, ada admin yang mengatur aktivitas antara ojek dan penumpangnya sehingga dapat terhubung dan macam-macam aktivitas lain yang bergerak dalam aplikasi gojek. Contohnya dalam bidang penjualan barang seperti adanya aplikasi Tokopedia, ada admin dibelakang aplikasinya yang tugasnya mengatur aktivitas antara para penjual dan pembeli sehingga dapat terhubung dalam melaksanakan jual beli online secara efektif dan efisien.



KESIMPULAN

·         Peranan teknologi dalam SCM adalah mengurangi selisih biaya transaksi antar  supply chain patner dan biaya dalam mendapatkan aliran informasi. Dengan kata lain, teknologi informasi lebih mempunyai peran dalam mendukung kolaborasi dan koordinasi supply chain melalui pemanfaatan bersama informasi.
·         Secara umum teknologi informasi di dalam manajemen supply chain dapat dilihat dari dua perspektif besar Perspektif Teknis dan Perspektif Manajerial
·         Peranan Teknologi Informasi pada masing-masing proses bisnis dalam SCM yaitu: Peranan dalam Manajemen Hubungan Pelanggan, Peranan dalam Manajemen Pelayanan Pelanggan, Peranan dalam Manajemen Permintaan, Peranan dalam Pemenuhan Pesanan, Peranan dalam Manajemen Aliran Manufaktur, Peranan dalam Manajemen Hubungan Pemasok, Peranan dalam Pengembangan dan Komersialisasi Produk, Peranan dalam Manajemen Pengembalian (Return Management)
·         Informasi sangat penting untuk kinerja Supply Chain atau rantai pasok karena informasi menjadi dasar pelaksanaan proses rantai pasok dan dasar bagi manajer dalam membuat keputusan. Tanpa informasi, seorang manajer tidak bisa mengetahui permintaan dari pelanggan, berapa material yang tersedia dan berapa jumlah dan jenis produk yang harus dibuat.
·         Ada banyak keterlibatan IT dalam SCM, diantara lain dalam bentuk: ERP, IOIS, EDI, VE, E-Commerce.

·         Teknologi informasi (TI) terdiri dari alat hardware & software, digunakan baik untuk mendapatkan kesadaran informasi dan menganalisis informasi untuk membuat keputusan yang terbaik untuk rantai pasokan.